Singapura, 4 Desember 2015 – Wego.com, mesin pencari wisata terdepan di kawasan Asia Pasifik dan Timur Tengah, hari ini mematahkan mitos seputar profil dan deskripsi generasi kedua ‘baby boomers’.
“Karena berbagai alasan, banyak pihak dalam industri wisata sedang mempelajari karakter unik pejalan Millennial,” ujar Rick Mulia, Chief Advertising and Sales Officer Wego. “Jumlah pejalan Millenial di Amerika Serikat akan mencapai 78 juta orang pada 2020, melampaui jumlah ‘baby boomers’ sebanyak 18 juta orang.”
Pada 2020, generasi Millennial akan berbelanja barang dan jasa hingga 1.4 triliun dollar AS, meningkat dari angka 600 miliar dollar AS pada 2013 silam. Untuk mencapai pasar yang lahir antara tahun 1984 dan 2004 ini secara efektif, Mulia mengatakan bahwa pelaku marketing pariwisata harus memikirkan kembali pendekatan mereka sekaligus melepaskan diri dari mitos-mitos perjalanan yang ada selama ini.
“Beberapa pelaku marketing pariwisata telah berhasil melakukan hal ini, hanya saja, banyak yang salah langkah,” lanjut Mulia. “Hal ini tidak semudah mengandalkan opini publik dan tindakan-tindakan tidak signifikan seperti ulasan situs perjalanan, penggunaan situs metasearch, penggunaan perangkat seluler, media sosial dan konektivitas berkelanjutan.”
“Hal-hal seperti konektivitas dan penggunaan media sosial penting, namun tidak gamblang dan tidak terbatas pada generasi Millennial saja. Namun, Wego menggali lebih dalam, melampaui interpretasi samar-samar, karena kepercayaan pada asumsi-asumsi saja tidak akan memberikan hasil, atau lebih tepatnya tidak akan menghubungkan pelaku marketing dan pejalan Millennial.”
“Ulasan wisata memang populer, namun Millennial lebih dipengaruhi oleh keluarga dan teman saat membuat keputusan menyangkut perjalanan dan tidak hanya mengandalkan ulasan,” lanjutnya. “Mitos lainnya adalah Millennial cenderung memilih berjalan sendiri, namun sebuah penelitian BCG tahun 2013 mengatakan bahwa Millennial lebih suka melakukan perjalanan dengan kelompok yang diorganisir, atau dengan keluarga besar dan teman-temannya. Jadi, jika strategi yang digunakan berfokus pada pengalaman pejalan individual, strategi ini bisa meleset dari tujuan.”
“Wego menganjurkan klien periklanannya untuk mendekati pejalan Milennial dengan fokus pada pengalaman seluler yang baik, integrasi media sosial yang cerdas dan memastikan langkah pembelian lancar tanpa masalah,” tambah Mulia. “Konten mereka harus tepat sasaran, mengkomunikasikan pesan yang orisinil dan memperlancar proses perencanaan, pemesanan dan perjalanan itu sendiri.”
“Salah satu mitos lain adalah Millennial sangat sadar biaya,” ujar Mulia. “Kenyataannya adalah mereka menginginkan hal sama; perjalanan berharga tanpa kehilangan kesempatan untuk menikmati kenyamanan ekstra, yang menimbulkan kesan mendalam. Dalam hal ini, mereka mengarahkan perubahan ke arah yang sudah dibuat oleh industri pariwisata.”
“Contohnya Starwood’s Aloft Hotel, yang dirancang untuk menarik perhatian Millennial dengan slogan ‘Style at a steal’, telah mengganti restoran, lobi, dan pusat bisnisnya menjadi bar minuman dan kudapan dengan transaksi cepat seperti Starbucks.”
“Berbagai hotel sedang berevolusi menjadi lebih ‘non-hotel’,” kata Mulia. “Mereka merancang ulang konsep kamar tidur/mandi agar terasa tidak seperti kamar hotel, dan lebih mengangkat nuansa ‘rumah’. Akomodasi seperti Zoku di Amsterdam, yang cenderung dirancang sebagai tempat tinggal sementara dan bukan kamar hotel, sangat populer di kalangan Millennial. Desain yang padat dan cerdas, menarik minat Millennial untuk rancangan yang bagus, namun dengan harga terjangkau.”
Maskapai juga mulai menyasar Millennial dengan kelas Premium Ekonomi, dengan memberikan pengalaman penerbangan yang lebih nyaman dengan harga yang terjangkau.
“Wego kini memperkenalkan opsi pencarian tarif pesawat Premium Ekonomi dan telah melakukan investasi besar untuk mengembangkan aplikasi Wego agar menjamin perencanaan perjalanan dan pengalaman pemesanan lancar dan intuitif,” katanya. “Apapun yang terjadi, jika bergerak dalam bisnis perjalanan, sangatlah penting untuk berevolusi secara konsisten dan menyampaikan pengalaman yang segar untuk memberikan nilai lebih, dan pendekatan strategi marketing dengan perlakuan yang sama.”
“Lupakan mitos, pejalan Milennial adalah anak-anak cerdas yang mampu mengakses informasi dengan baik, mengerti teknologi, dan bergaul dengan sesama pejalan. Kehadiran mereka dalam industri pariwisata masih berkembang dan pelaku marketing yang cerdas harus memiliki pikiran yang terbuka untuk ikut berkembang bersama mereka, dengan cara tetap fleksibel dan cepat tanggap dalam memenuhi kebutuhan mereka,” tutup Mulia.